23 Oktober 2012

DIA


Dia selalu berusaha mengerti diriku yang bodoh ini . . .
Yang membuat aku tersenyum saat aku sedih . . .
Yang selalu mendengarkan permasalahanku . . .
Yang selalu menemani kemanapun aku inginkan . . .
Yang selalu berusaha tampil cantik demi aku . . .
Yang selalu mendoakan aku walaupun tidak pernah aku lihat . . .

Yang selalu berusaha mengerti diriku . . .
Yang terkadang memberikan aku kejutan kecil . . .
Yang (mungkin) pernah aku bentak namun tidak membalas . . .
Yang berusaha tabah saat sebenarnya sedang sedih . . .

Terima kasih pernah menyempatkan waktumu untukku, terima kasih juga buat coklat panasnya :).

sesuatu, yang lalu kita amini sebagai cinta.

Puncak Pass,
Bulan enam, Hari ketiga belas
Bangku depan kos menggigil
Menciutkan sisa nyali


Kita di sini demi kenangan, bukan?
Menggenapi janji yang lalu pernah kita ucapkan
Mencoba memanggil yang dulu pernah ada
sesuatu, yang lalu kita amini sebagai cinta


Namun telah sama kita tahui
Apa yang kita cari, takkan lagi kita temui
Apa yang pernah kita amini, takkan lagi bisa kembali
Cuma ada sedikit ingatan, dan kenangan yang sepi


Maka sudahlah,
Mari duduk di sini sajalah
Berdekatan bergenggam tangan
Berusaha berbagi kehangatan


Sebab malam sebentar bergegas
Memaksa kita segera berkemas
Meninggalkan gigil bangku depan kos
Menanggalkan kenangan, ingatan

sesuatu, yang lalu kita amini sebagai cinta
Pergilah, namun aku takkan menjauh. sampai kau baca hati kecilmu lalu sadar, ingatlah aku, kertas yang pernah kau remas.
Mataku bisa melihat ratusan perempuan cantik setiap harinya, namun hatiku hanya bisa menampung satu kamu, di dalamnya.
Ketika aku menyentuh air mataku sendiri, aku sering merasa seperti bersentuhan dengan seseorang yang pernah sangat kukenal.

PERNAH

Kau pernah mengucapkan sesuatu kepadaku dengan tersenyum, tetapi dengan tidak jujur.

Kau pernah memelukku dengan erat, tapi ketika itu bukan aku yang kau ingat.

kau pernah menciumku sampai aku terbangun, namun kau juga pernah mengingat dirinya, sampai kau tertidur.

Kau pernah menyisipkan namaku sebagai nama emailmu, namun kau menggunakan namanya, sebagai passwordnya.

kau pernah mengajakku makan malam di tempat favorit ” kalian “.

Aku pernah menuliskanmu dengan menangis, tapi kau membacanya dengan tertawa.

Kau pernah tertawa denganku, namun ketika itu kau sedang mengingat senyum seseorang.

Kau pernah melukis wajahku, sambil membayangkan wajah seseorang sebelum aku.

kau pernah mengatakan kau mencintaiku di telingaku, namun ketika itu kau sedang merindukan seseorang di hatimu.

Sidoarjo, 23 Oktober 2012 (Pernah?)
Sudah lama aku tak menyebut kata ” dua “, ketika kasir bioskop itu bertanya ” untuk berapa orang ? " - Setahun lalu, Menikmati coklat panas :)

22 Oktober 2012

Kesederhanaan ialah tempat tinggal yang paling istimewa. :)