11 November 2012

Pemakaman


Kalau aku mati.
Datanglah ke rumahku, tanyakan penghuni lainnya, di mana aku dimakamkan.
Kalau kau tidak tahu rumahku.
Datanglah ke sahabatku, tanyakan di mana aku dimakamkan.
Kalau kau tidak tahu siapa sahabatku.
Datanglah ke teman-temanku, tanyakan di mana aku dimakamkan.
Kalau kau tidak tahu siapa teman-temanku.
Datanglah ke musuhku, tanyakan di mana aku dimakamkan, dia pasti tahu karena dialah yang paling mengharapkan kematianku.
Kalau kau tidak tahu siapa musuhku.
Datanglah ke tempat terakhir kita bertemu.
Di sana, jauh sebelum aku mati.
Aku sudah memakamkan diriku sendiri di depanmu.Tanpa sepengetahuanmu.

Catatan 40 Hari setelah kematian


hari ini, tepat sudah 40 hari sejak pemakamanku.Sekarang aku berada di depan seseorang yang pernah sangat kukenal.
Aku tahu, setiap malam dia melakukan hal yang selalu sama seperti yang sedang aku saksikan sekarang, merebahkan tubuh kecilnya yang semakin kurus di atas ranjang. Mata bulat coklatnya menatap kosong ke arah langit-langit kamar, sesekali dirinya mengutuk air matanya sendiri menjadi mata air. Lagu-lagu bernada minor berlirik sendu dari laptop miliknya juga masih setia mendayu memenuhi seisi ruangan kamarnya dengan aroma khas parfum yang sering dia gunakan sehari-hari, harumnya lembut sekaligus pekat tetapi tidak terlalu menyengat.

Aku yakin, dia tidak pernah tahu kabarku dan dia tidak pernah mau untuk mencari tahu tentang keadaanku yang sekarang. Semenjak malam perpisahan kami empat puluh delapan hari yang lalu aku tidak pernah menghubungi dirinya, begitupun sebaliknya. Andai saja dia tahu, bukan karena aku sombong atau benar-benar menghapusnya dari ingatanku. Dari empat puluh delapan hari jeda perpisahan kami sampai hari ini, delapan hari yang aku lewati hari demi harinya aku gunakan untuk tetap berjuang mempertahankan nyawaku di ruang ICU. Sedangkan empat puluh hari sisanya aku gunakan di alam yang sudah tidak lagi sama.

Entah apa yang membuatku sampai hati untuk berkunjung ke rumahnya lalu masuk tanpa ijin ke kamarnya malam ini. Yang jelas aku senang karena ternyata aku tahu jika malam ini dia mengenakan baju pemberianku tiga bulan yang lalu.
“Apa kamu berniat mengenakan baju pemberianku itu untuk tidur?”, aku mencoba melontarkan pertanyaan yang aku sendiripun sudah tahu jika dia tidak akan pernah bisa mendengarnya.
Tetiba dia mencoba membangunkan tubuh kurusnya yang tadi sempat tertidur, kemudian dia terduduk sembari mengelap beberapa tetesan air mata yang mengalir dari kedua matanya yang bulat dengan menggunakan pergelangan tangan kanannya.

“Aku kangen..”, begitu kalimat yang terucap dari bibir tipisnya yang bergetar hebat karena menahan tangis.
Aku tidak ingin terlalu cepat merasa besar hati karena merasa dirindukan, mungkin saja saat ini dia hanya sekadar rindu dengan kekasih barunya yang entah itu siapa.“ah.. kalimat tadi pasti bukan untukku”, gumamku dalam hati untuk meyakinkan diriku sendiri.


Empat puluh delapan hari yang lalu

Sekitar pukul sebelas malam. Aku meninggalkan dia di teras rumahnya sesaat setelah kami memutuskan untuk berpisah, dia menamparku malam itu. Tamparan yang cukup panas di kulit pipiku, rasanya seperti terkena percikan bara rokok yang dengan sengaja dilempar hingga hinggap di kulit wajahku. Aku tidak membalas tamparannya, bagiku lelaki yang memukul wanita kedudukannya jauh lebih rendah daripada hewan yang paling najis di muka bumi.
“Maaf.. aku tahu aku salah, aku tidak ingin menyakitimu lebih dari ini. Kita sudahi saja semuanya, silahkan kamu melanjutkan hidupmu yang baru dan aku akan memulai hidupku dengan membiasakan diri tanpa kehadiranmu”, ucapku dengan lantang dan penuh keyakinan di depannya saat itu.
“Baiklah, kalau itu maumu. Aku setuju”, jawabnya singkat.

Tidak lama kemudian aku pamit dan menyalakan mesin motorku, aku arahkan kepalaku ke belakang untuk melihat wajahnya yang masih menangis. Ku tatap matanya dalam-dalam dari balik helm yang aku gunakan, sengaja aku pandangi raut wajahnya hanya untuk memastikan jika dia baik-baik saja. Siapa yang mengira itu terakhir kalinya dia menatap mataku.
Satu jam setelah perpisahan kami, saat itu otakku terlalu fokus kepada sakit yang aku terima satu jam sebelumnya, hingga lupa memperhatikan keadaan jalan.  Sampai akhirnya aku dikagetkan oleh cahaya yang menyilaukan, aku pikir itu pasti lampu truk berukuran cukup besar. Sial, semua sudah terlambat untuk menghindar. Motor beserta tubuhku dihantam truk berkecepatan tinggi saat perjalananku untuk kembali pulang ke rumah, akupun lupa bagaimana kejadian secara detailnya. Hari demi hari dalam ketidaksadaranku di ruang ICU, aku menunggu kedatangan dirinya yang mungkin saja berkenan untuk datang menjengukku. Aku memang tidak bisa melihat apa yang ada di sekitarku saat itu, tapi paling tidak aku masih bisa mendengar. Berharap dia datang dan mengatakan sesuatu yang bisa membangkitkan semangatku untuk terbangun dari  koma berkepanjangan ini.
Delapan hari aku tetap setia menunggunya, dia tidak pernah datang dan Tuhan berkehendak lain atas kesembuhanku.


Di kamarnya
Dia masih menangis, suara lagu dari laptop miliknya masih mengiringi kesedihannya, seolah menjadi bagian soundtrack dari kesedihan yang dia ciptakan sendiri. Sepertinya dia semakin kacau malam ini, kalau saja aku bisa membaca pikirannya. Aku pasti tidak akan berlama-lama memperhatikannya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang dia rasakan. Jika benar dia masih merindukanku, pasti dia akan mencari tahu kabar serta keberadaanku sekarang.
dia kembali beranjak ke tempat tidurnya. Kali ini dia merebahkan tubuhnya dengan gontai lalu menarik selimut dan memejamkan matanya diikuti aliran air mata yang terus menetes hingga membasahi baju yang sempat aku berikan kepadanya.
“Aku kangen..”, katanya.
Kali ini aku yakin, perkataan tadi pasti ditujukan untukku, lalu aku jawab dengan sangat lantang sekali walaupun aku tahu dia tetap tidak akan bisa mendengarnya.
“Aku juga..” kataku.

Kemudian dia kembali melanjutkan kesedihan yang diciptakannya sendiri sebelum tidur dengan diiringi lagu-lagu yang masih setia melantun dari laptop miliknya yang sengaja dia letakan di atas meja, tepat di pojok kamar yang berhadapan langsung dengan ranjang yang menjadi tempat dia tertidur.
Dan aku, seketika pandanganku menjadi gelap, seolah ada sesuatu yang menarik tubuhku entah kemana dengan sangat kuat.  Ah iya.. aku lupa, sekarang sudah masuk pukul dua belas malam, itu berarti sekarang sudah lebih dari empat puluh hari sejak pemakamanku.
Semoga Tuhan tidak membawaku menuju neraka.

September 2012

23 Oktober 2012

DIA


Dia selalu berusaha mengerti diriku yang bodoh ini . . .
Yang membuat aku tersenyum saat aku sedih . . .
Yang selalu mendengarkan permasalahanku . . .
Yang selalu menemani kemanapun aku inginkan . . .
Yang selalu berusaha tampil cantik demi aku . . .
Yang selalu mendoakan aku walaupun tidak pernah aku lihat . . .

Yang selalu berusaha mengerti diriku . . .
Yang terkadang memberikan aku kejutan kecil . . .
Yang (mungkin) pernah aku bentak namun tidak membalas . . .
Yang berusaha tabah saat sebenarnya sedang sedih . . .

Terima kasih pernah menyempatkan waktumu untukku, terima kasih juga buat coklat panasnya :).

sesuatu, yang lalu kita amini sebagai cinta.

Puncak Pass,
Bulan enam, Hari ketiga belas
Bangku depan kos menggigil
Menciutkan sisa nyali


Kita di sini demi kenangan, bukan?
Menggenapi janji yang lalu pernah kita ucapkan
Mencoba memanggil yang dulu pernah ada
sesuatu, yang lalu kita amini sebagai cinta


Namun telah sama kita tahui
Apa yang kita cari, takkan lagi kita temui
Apa yang pernah kita amini, takkan lagi bisa kembali
Cuma ada sedikit ingatan, dan kenangan yang sepi


Maka sudahlah,
Mari duduk di sini sajalah
Berdekatan bergenggam tangan
Berusaha berbagi kehangatan


Sebab malam sebentar bergegas
Memaksa kita segera berkemas
Meninggalkan gigil bangku depan kos
Menanggalkan kenangan, ingatan

sesuatu, yang lalu kita amini sebagai cinta
Pergilah, namun aku takkan menjauh. sampai kau baca hati kecilmu lalu sadar, ingatlah aku, kertas yang pernah kau remas.
Mataku bisa melihat ratusan perempuan cantik setiap harinya, namun hatiku hanya bisa menampung satu kamu, di dalamnya.
Ketika aku menyentuh air mataku sendiri, aku sering merasa seperti bersentuhan dengan seseorang yang pernah sangat kukenal.

PERNAH

Kau pernah mengucapkan sesuatu kepadaku dengan tersenyum, tetapi dengan tidak jujur.

Kau pernah memelukku dengan erat, tapi ketika itu bukan aku yang kau ingat.

kau pernah menciumku sampai aku terbangun, namun kau juga pernah mengingat dirinya, sampai kau tertidur.

Kau pernah menyisipkan namaku sebagai nama emailmu, namun kau menggunakan namanya, sebagai passwordnya.

kau pernah mengajakku makan malam di tempat favorit ” kalian “.

Aku pernah menuliskanmu dengan menangis, tapi kau membacanya dengan tertawa.

Kau pernah tertawa denganku, namun ketika itu kau sedang mengingat senyum seseorang.

Kau pernah melukis wajahku, sambil membayangkan wajah seseorang sebelum aku.

kau pernah mengatakan kau mencintaiku di telingaku, namun ketika itu kau sedang merindukan seseorang di hatimu.

Sidoarjo, 23 Oktober 2012 (Pernah?)
Sudah lama aku tak menyebut kata ” dua “, ketika kasir bioskop itu bertanya ” untuk berapa orang ? " - Setahun lalu, Menikmati coklat panas :)

22 Oktober 2012

Kesederhanaan ialah tempat tinggal yang paling istimewa. :)

7 Oktober 2012

Untukmu, aku ingin menjadi dua. Menjadi seseorang di depanmu, ketika kau pergi, dan menjadi yang menunggumu, ketika kau kembali.
Jangan pernah berpikir aku kan meninggalkanmu. Sebab, kau hanya sedang memikirkan hal-hal yang tak pernah kupikirkan.
Untuk perutmu, aku ingin membuatnya kenyang. Untuk hatimu, aku ingin membuatnya senang. Untuk pikiranmu, aku ingin membuatnya tenang.
Tak peduli memudar, samar, atau gemetar. Sehebat apapun dunia membuatku bingar, tetap suaramulah yang telingaku ingin dengar.
Dalam hatiku yang ukurannya segitu, kusimpan kamu. Pantas sering sakit, mungkin karena terlalu sempit.
Seperti ikan-ikan di akuarium. Kita hanya saling melewati. Saling berdiam diri, lalu menyesal dalam hati.
Dan aku tahu kau juga mencintaiku. Ketika aku menangis diam-diam dan kau memelukku tiba-tiba.

30 September 2012

Kasih, Bila ada gemercik hujan yang menyentuh tubuhmu. Yakinlah, itu adalah sapaan air mataku, yang merindukan usapan tanganmu.
kesedihan ini milikku sendiri, demi apapun yang akan berlalu, aku tak akan pernah mau membaginya denganmu.
Detikan waktu mengajarkanku, kau akan pergi dan meninggalkan masa lalu, atau kau yang tinggal dan menjadi masa lalu .
Bunga dan Lebah mengajarkanku bagaimana cara memberi dan menerima dalam kata Bahagia.
Akar-akar pohon mengajarkanku bahwa sesuatu yang kuat adalah sesuatu yang jarang terlihat. tidak di perlihatkan lebih tepatnya.
Menggenggam mengajarkanku jika terlalu renggang bisa melepaskan sesuatu, jika terlalu erat bisa menyakiti tanganku sendiri.
Matahari mengajarkanku bagaimana cara menerima cahaya, Purnama mengajarkanku bagaimana cara menerima kegelapan.
Udara mengajarkanku tentang apa yang kuhembus adalah apa yang kuhirup.

Depan pintu yang tertutup

“Cita-citaku sederhana. Cuma punya kedai kopi kecil, ada toko bukunya, ada ruang kecil buat muter film dan diskusi. Pasti akan seru.” katanya lewat chat fb.

“Cita-cita semua orang yang pernah baca Filosofi Kopi Dee Lestari tuh.” kataku :)

“Oh ya? Padahal aku belum baca bukunya.”

“Baca deh. Ada banyak cerita seru tentang macam-macam. Persahabatan, perselingkuhan, patah hati, cinta sejenis, bahkan ada juga tentang kecoa, dan tentang hal paling ngetrend belakangan ini.”

“Hal paling ngetrend apa?”

“Tebak dulu. Pokoknya hal paling ngetrend belakangan ini.”

“Hmm.. hubungan yg gak jelas?” :P

“Seratus buat kamu.”

“Hahaha..”

“Dua sahabat sejak lama, cewek-cowok. Cowoknya jatuh cinta, ceweknya menanti cowok lain. Mereka berantem dan diem-dieman sampai setahun, lalu...”

“Udah ah. Jangan diterusin. Biar aku baca bukunya sendiri ntar.”

“Okey.”

“Ngomongin ini memang nggak ada habisnya. Tepatnya semua yang berhubungan dengan cinta. Nggak akan ada habisnya.”

“itu bukan cinta.”

“Lalu?”

“Ngarep bertepuk sebelah tangan.”

“Oh well. oh ya ... Tadi dia meneleponku lagi. Dia minta maaf. Dia bilang kalau dia menyesal.”

“Dan kamu masih saja memaafkan dia?”

“Iya. Karena aku mencintai dia.”

“Dan dia tidak mencintai kamu.”

“Dan aku tidak mencintai kamu.” :P

“Ayolah. Dia tidak mencintai kamu. Coba ingat kapan terakhir kali dia membuat kamu tersenyum. Hitung, bandingin dengan saat dia menyakiti kamu dan membuat kamu menangis. Lebih banyak mana?”

“Cinta bukan cuma masalah hitung-hitungan kok.”

“Ngapain kamu bertahan dengan orang yang jelas-jelas cuma membuat kamu sakit hati?”

“Ngapain kamu bertahan di depan pintu yang jelas-jelas tertutup?”

“Hey! Dia tidak mencintai kamu.”

“Aku ulang. Aku tidak mencintai kamu. Sudahlah. Nggak ada gunanya ini diterusin. Aku mau tidur, Selamat tidur.Nite.”

*dia log out* . . aku masih terjaga semalaman.:)

"Sebelum ini aku belum pernah mendengar namanya."

"Aku juga belum pernah."

"Tapi aku suka lagunya. Cukup buat penyemangat saat lembur sampai malam, atau harus berangkat pagi-pagi."

"Hahaha.."

"Semalam aku memimpikanmu."

"Bagaimana ceritanya?"

"Aku menyiapkan sesuatu yang akan kukirim ke rumahmu. Tapi tiba-tiba facebook mengacaukan segalanya."

"Mengacaukan?"

"Ya. Facebook bilang kamu sudah menikah."

***

Entah seberapa dominan kamu di pikiranku, yang jelas otak dan hati selalu menyetujui, tanpa kompromi
Aku bukan siapa-siapa, aku hanya seseorang yang ingin melihatmu terjaga dalam jangkauan mataku saja.
X : Apa benar kau mencintaiku ? | y : pertanyaanmu serupa seperti : ” apa benar gravitasi itu ada ? ” , masih perlu kujawab ?
Ku kecup keningmu dengan semua takjubku, ku titipkan seribu Doa disitu. Semoga tetap ada aku di balik dinding itu.

26 September 2012

Mata menceritakan segalanya, segalanya yang disembunyikan oleh lidah.
Terkadang hati terlalu kecil untuk menyimpan segala tentangmu yg terlalu besar. maka dari itu, aku sering membaginya dengan otak.

Disaat kau tak sengaja menunjukkan kesederhanaamu, disitulah aku memandang ada kemewahan dari sifatmu :)

Sebuah Percakapan tentang Kemungkinan (Surabaya Setahun lalu)


Hari ini aku bertemu seseorang yang sudah berlalu, itu setelah seminggu kami putus.

“Mengapa kamu tak mengunjungi aku lagi seperti janjimu.” katanya memulai percakapan.
“Aku tak bisa, kupikir kamu sudah tahu kabar itu dari temanku, yang temanmu juga.”
“Aku tak pernah tahu.”
***
“Mengapa kamu tak pernah menjelaskan?”
“Percuma saja kan? Kamu masih akan menganggapku sebagai seorang pembohong.” kataku.
“Memang sih, tapi kupikir aku tak sepicik seperti saat itu. Waktu kamu tak menjelaskan semuanya padaku.”
“Saat itu kamu sudah pergi terlebih dulu marah meninggalkanku, bukan?”
“Aku memang marah, tapi itu karena kamu tak pernah menjelaskan apa-apa padaku.”

**

“Aku sadar aku tak pernah pantas mendapatkan kejelasan apa-apa darimu. Itu saja.”
“Aku harus bagaimana lagi? Bukannya aku sudah datang menemuimu?”
“Sekali, itu pun karena aku yang mendesakmu. Dan aku akui itu salah, jadi maafkan aku membuatmu terpaksa melakukannya.”
“Aku tak pernah merasa terpaksa melakukannya. Aku memang ingin menemuimu saat itu.”
“Yah, mungkin lebih tepatnya maafkan aku karena aku salah mengartikan pertemuan itu.”

**

“Seharusnya, saat ini kita tak saling bicara tentang kemungkinan.”
“Mungkin iya, tapi bila kita tak saling bicara tentang kemungkinan-kemungkinan ini, kita bisa jadi hantu yang saling membayangi satu sama lain.”

Dan malam itu hatiku kehilangan cahaya mentarinya, semakin lebat tertutup awan hitam.

Surabaya, Setahun yang lalu.

Setahun Berlalu

setahun berlalu. 
ada yang sudah benar-benar pergi. 
ada yang menghilang tapi tanpa memberi kepastian. 
ada yang hanya sementara namun tetap mengena. 
ada yang mencoba hadir tapi malah diusir. 
ada yang sesuka hati datang kemudian pergi, tapi selalu bersedia membuka hati setiap kali datang kembali.

setaun berlalu. lihat, saya masih baik-baik saja. :)
Sekali lagi kutekankan. Semua yng kutulis bukanlah puisi, anggap saja hatiku memiliki lidah dan itu semua ucap katanya.
Bila aku tersenyum saat ini. percayalah, mungkin sebagian alasannya adalah karena aku menyempatkan memikirkanmu dalam pikiranku :)
Aku menulis bukan bermodalkan Inspirasi atau Fantasi. Semua itu pernah terjadi, seperti mencintaimu, yang selalu terjadi berkali-kali.
Lihat, aku sedang membuat Capucinno hangat, ini minuman kesukaanmu kan ? Ahh lagi-lagi aku menenggak secangkir rindu malam ini .

Ada anak kecil menangis karena dia tidak bisa menulis & ada juga kekasih yang menulis karena sudah tidak mampu lagi untuk menangis. seperti itulah diriku, aku kehabisan air mataku.
X: ” apa kamu pernah merasa lelah memandangku ? ” | Y : ” Tanya Matahari, apakah dia pernah berhenti memandangi Bumi ? - Surabaya, setahun yang lalu.
Banyak hati datang silih berganti, mau hati yang seperti apalagi yang dicari, atau mungkin, hatimu sendiri yang harus kau ganti?
Memandangmu adalah hal favorit yang sering dilakukan oleh mataku.

Kecup keningku, sebab ada kamu dibalik situ, yang selalu teringat pekat, disetiap jeda nafasku.
Dan bagaimana mungkin aku meninggalkanmu, sementara secuil bagianku tertinggal di dirimu. Tertinggal? Tidak ! Dia memang tinggal disitu.

25 September 2012

Mendoakanmu


Di pagi buta seperti inilah aku biasanya berbicara dengan Tuhan, membicarakanmu.
Di pagi buta seperti inilah biasanya aku Bersujud mencium Rumah Tuhan, Berdoa semoga aku tetap bisa mencium keluargaku.
Di pagi buta seperti inilah biasanya aku menggali liang kenangan, mencari-cari alasan yang belum ku tau mengapa kau tertinggal dimasa lalu .
Di pagi buta seperti inilah biasanya selalu kubawa-bawa namamu dalam semua ucap Doa, ke Tuhanku .
Di pagi buta seperti inilah biasanya selalu kubawa-bawa namamu dalam semua ucap Doa, Mendoakanmu .
Sudah subuh, aku mau Berbicara dengan Tuhanku dulu, membicarakanmu .

04:55 WIB
Ditulis dengan hirupan udara pagi buta 
Muhammad Nizar Saputra
If I had wings and I could fly, I’d still walk with you, to our favorite places :)
Sebobrok apapun imanmu, janganlah munafik, sebab mungkin Tuhan agaknya bisa mengerti alasan tidak beriman ketimbang alasan munafik 

Hati tidak pernah salah, otak-lah yang selalu menyalahkannya dan seakan membuatnya bersalah .

Dalam satu lidah, aku mengucap satu nama, dalam satu nama aku memulai satu cerita, dalam satu cerita, aku berdoa, semoga tetap kamu. Itu saja

Menggenggam jemarimu adalah hal kedua yang paling aku sukai , setelah memelukmu :)
I think about the memories we shared, & smile. Then I cry, knowing it won’t be the same again.
Semacam ingin menggerakkan arah jarum jam ke kiri, agar waktu berjalan ke masa laluku lagi,dan mungkin nanti  aku bisa bertemu senyummu yang dulu lagi.
malam itu kepalaku seakan-akan menjadi medan tempur, otakku menyuruhmu pergi, hatiku menginginkanmu kembali. esoknya aku tau, dua-duanya mati” 
You want me to forget, Pretend we have never met. I've tried and I've tried, but I can't. You walk by, and I fall to pieces.
“aku mengirimkan seribu doa pagi ini, salah satu doanya berharap agar kita dapat berdoa dalam satu ruang yang sama, suatu hari nanti”
Cinta tak harus memiliki hanyalah kalimat favorit seseorang yang telah putus asa.
Bila membuka mata ialah cara melihat sesuatu yang ada. Mungkin menutup mata ialah cara untuk melihat sesuatu yang sudah tak ada.

19 September 2012

Masa Lalu.

Hai. . .Kemarin aku sedang bersedih, tapi seperti biasa, aku bisa menyembunyikannya dengan tawa.

Kenapa ya aku … aku sering begini? 
Kemarin aku pikir aku sudah berlari jauh meninggalkan sakit itu, tapi ternyata Aku masih di posisi yang sama. Keingintahuan itu terkadang menyakitkan, keingintahuan akan orang yang tidak tahu ada kita yang mengawasinya dari kejauhan. 

Pura pura lupa berkali-kali tidak membawaku pada amnesia.
Pura pura sudah sembuh tidak membawaku pada tidur yang nyenyak
Pura pura tidak menangis tidak membawaku pada senyum yang berkepanjangan. 

Entah kenapa kutuliskan surat ini, mungkin sebagai pengingat. bahwa aku, kita, pernah mengalami hal yang berat sebelum bertemu orang yang meringankan segalanya dalam sisa perjalanan. 

Ya Tuhan...Katakan padanya, dapat salam dariku, kamu di masa lalu.
Katakan, aku sungguh ingin memeluk dia sekarang, saat ini ... dan aku ingin dia mendengar kata dariku “Ada aku, semua akan baik baik saja”. 

Aku tahu mungkin bukan sekarang saat yang tepat bertemu dia, dan aku akan sabar menunggu hingga detik itu tiba.
Dia akan menjadi penampung semua peluk & semua air mata, ya kan?

Salam dariku, , ,untukmu, untuknya .... Kalian pasti sedang dan akan terus berbahagia.

TERIMA KASIH KENANGAN BERSAMAMU. :)
Orang yang menghina si cacat,
menghina langsung kemahabesaran Ilahi . hati-hati :)

Orang menjadi cantik karena lipstick di bibir,
tapi langsung jelek ketika bibir membicarakan bibir orang lain. Hati-hati :)

Orang yang patah hati semangatnya mungkin padam,
tapi dendamnya bisa berkobar-kobar , hati-hati . :P

12 Mei

Hallo 12 Mei 2012,
hari ini Aku ulang tahun, seperti biasanya, orang yang pertama kali ngucapin selamat ulang tahun adalah diriku sendiri, konyol memang, tapi biarin aja deh daripada sama sekali gak ada yang mau ngucapin hehehe…

Kalau ada orang di dunia ini yang gak pernah antusias dengan hari kelahirannya, salah satunya itu pasti aku, kenapa? aku benci tumbuh dewasa, eh.. tapi tunggu dulu, kayaknya kita semua gak pernah benar-benar tumbuh dewasa deh, aku pikir semakin tua umur kita, semakin berkurang jatah hidup kita di dunia. kita justru tumbuh sebagai manusia yang semakin ahli dalam hal berpura-pura, Aku benci melihat perubahan setiap harinya saat Aku tumbuh, ya walaupun gak semua yang Aku lihat emang bener-bener apa yang mau Aku lihat.

tapi Aku gak pernah benci pernah dilahirkan di dunia cuma untuk melihat dan mengalami hal yang gak Aku suka, bagaimana bisa Aku gak pernah minta dilahirin, sedangkan waktu Aku masih menjadi sperma Aku berenang paling depan buat nyamperin sel telur punya ibuku? ah ngaco.. :P

Semakin kita bertambah umur sepertinya kita makin paham ya kalau hidup terlalu berbahaya buat dilewatin sendirian, Aku emang gak terlalu banyak punya teman, Aku juga bukan tipe orang yang pandai bercerita tentang hidupku ke orang lain, tapi makin kesini kayaknya Aku makin ngerasa butuh orang yang bisa jadi tempatku berbagi, sekarang Aku udah nemuin orang itu, iya diriku sendiri.

Hari ini hari kelahiranku, hari ini seperti biasanya juga Aku ngelewatinnya sendirian di rumah, hari ini Aku sengaja pulang cepat ke rumah, cuma untuk memandang jam dinding yang nempel di kamar sambil sesekali tersenyum sebelum kedua jarum jamnya menyentuh angka 12.
hidup ini lucu ya? kita lahir ke dunia itu ditakdirkan selalu nangis, iya mungkin karena kita sendiri udah tahu kalau di dunia ini memang lebih banyak kesedihan yang bakalan kita terima daripada banyak hal yang bisa membuat kita tertawa, atau kamu mau ngebayangin setiap bayi yang lahir ke dunia semuanya akan langsung tertawa? menyeramkan..

 Seperti yang Aku bilang di awal, Aku benci tumbuh menjadi orang dewasa, Aku lebih memilih untuk menjadi anak-anak yang gak harus pusing mikirin hidup yang semakin kompleks. mikirin urusan orang, atau bahkan masalah percintaan yang kadang pahit.
Ah.. tapi toh hidup adalah pilihan, Aku harus bisa belajar memilih untuk bisa tetap hidup, kalaupun Aku gak bisa hidup untuk diriku sendiri, paling nggak Aku percaya ada segelintir orang di luar sana yang mungkin masih sayang sama diriku :) dan mengharapkan Aku untuk tetap hidup di tengah dunia dan segala permasalahannya yang kadang membuat Aku benci untuk hidup.

 ”Happy Birthday Blug… Happy Birthday Zar…” :)

Sidoarjo, 12 Mei  2012.
” Cinta itu ada di dalam hati sayang, bukan diluar mata, itu sebabnya kau dapat melihatku, meskipun dalam pejam “
Mencoba, lalu gagal, Lebih baik. ketimbang takut mencoba, lalu penasaran.
Kita pernah ada di lembaran hidup, pernah ada di selembar foto, juga pernag di selembar puisi. lalu tertiup waktu, kemudian hilang !!
Ingatan adalah tempat favoritku untuk menemuimu, karena di dalamnya aku sering merasa jika kau dan aku masihlah "kita".
Aku lebih memilih jika kita bertengkar saja. Daripada harus berpisah, lalu memulai mencintai orang lain lagi.
Engkau tetap yang terbaik, bahkan ketika hubungan kita buruk sekalipun.

Mungkin aku salah, mungkin engkau juga. Namun jangan jadikan itu alasan untuk pergi, tetaplah disini, lalu kita sama-sama belajar lagi.


Mungkin sebelum memulai pertengkaran, kita harusnya saling berjanji dahulu, jika semua itu harus diakhiri dengan pelukan

Aku ingin tetap ada di hari esokmu lagi, esoknya lagi dan esoknya lagi.
Suatu saat kau akan mengerti. Mempertahankan adalah hal yang lebih susah ketimbang melepaskan, lalu mencari pengganti !!!
Mungkin inilah mengapa ingatan diciptakan. agar kau nampak selalu ada, ketika kau tak ada.
Kita mungkin memang diciptakan, agar ada yg bisa merasa bahagia. - Sapardi Djoko Damono
Kau pernah menuliskanku di selembar kertas, sebelum melipatnya menjadi pesawat, lalu menerbangkannya, kemudian hilang!

Aku ingin membuatmu tersenyum sampai ibumu juga tersenyum melihat senyummu, sampai-sampai Tuhan juga tersenyum melihat kita semua tersenyum.

17 September 2012

Tatap mataku sekali lagi, mungkin aku bisa jatuh cinta kepadamu untuk yang kesekian kalinya lagi :)
Kau boleh membawa sebagian dari diriku,jika kamu benar bisa hidup dengan itu,kembalilah lagi,ambil sisanya, lalu jgn pergi,tetaplah disini . Bersamaku

Tuhan

Tuhan, jika dia memang sudah berada disurga,tolong arahkan telinganya ke bumi,aku ingin dia bisa mendengar apa yang kudoakan untuknya,tadi pagi.

pagi tadi aku berdoa, berharap dia akan baik-baik saja, semoga dia juga mengamininya, di alam sana.

Tuhan, jika dia memang telah tiada dan rohnya masih bergentayangan ,tolong buka mata batinku,aku sangat merindukannya.

Tuhan, jika dia sudah menunggu saya di surga, tolong gemuk-kan badan saya, saya tidak ingin dia mengucapkan “kerempeng, mana keren “

Tuhan, kalaupun dia telah tiada, reinkarnasikan dia menjadi hujan, mataku selalu setia menjadi cawan, untuk menggantikan air mata yang hilang, karena kepergiannya .

Setahun Yang Lalu, Surabaya dan Cerita.

Aku kembali mengingat mata teduh itu. Mata teduh yang sama dengan saat pertama kalinya kulihat setahun yang lalu. Mata yang membuatku jatuh cinta dengan selengkung senyum cantik yang membuatku merasa dunia ini sudah indah tanpa perlu surga. Aku masih ingat malam itu. Setelah hujan setengah hari yang mengguyur Surabaya. Ketika sepasang mata itu sekilas memandangiku kemudian melempar senyum. Sungguh aku tak ingat lagi bagaimana kejadian berikutnya hingga malam itu aku dan dia akhirnya duduk semeja, berbicara dan bercerita tentang banyak hal.

“Secepat itukah kau jatuh cinta?”
“Ya.”
“Kenapa?”
“Nah. Itu pertanyaan sulit.”
“Sulit bagaimana? Tinggal bilang karena dia cantik bukan?”
“Dia lebih dari sekedar cantik.”
“Apa lebihnya?”
“Nah. Itu pertanyaan sulit.”
“Sulit bagaimana?”
“Kalau dia cuma cantik, mana mungkin aku setergila-gila ini?”

Kenyataannya memang aku telah jatuh cinta. Kenyataannya pula dia, perempuan yang kukagumi dan kucintai sepenuh hati itu ternyata memang tak dilahirkan untukku. Dia telah menambatkan hatinya pada hati yang lain, yang mungkin saja mencintai dia dengan cara yang lebih baik dari caraku. Setelah kenyataan itu, aku menjelma menjadi pengecut yang terlalu takut mengatakan cinta. Atau mungkin juga pengecut yang terlalu takut akan karma.

“Kenapa tak kau katakan cintamu?”
“Dia sudah punya kekasih.”
“Cinta itu urusan kamu dengan dia. Bukan urusan kekasihnya.”
“Jadi harus tetap kukatakan cintaku?”
“Coba kau ingat-ingat, sudah berapa kali kau memendam cinta diam-diam seperti ini?”
“Well. Aku juga tak tahu kenapa aku selalu jatuh cinta di saat yang tidak tepat.”
“Kenapa tak tetap kau coba katakan cintamu? Bisa saja dia lebih memilihmu daripada kekasihnya itu bukan?”
“Ya. Bisa saja.”
“Hampir semua orang yang sudah punya kekasih masih berpikir untuk mencari kekasih yang lebih baik.”
“Ya. Bisa saja dia menerimaku dan meninggalkan kekasihnya itu.”
“Good. Lalu kenapa tak kau coba katakan cintamu?”
“Aku tidak bisa.”
“Berarti kau tak sedang terlalu jatuh cinta.”

Aku tak pernah peduli dengan segala macam teori tentang cinta. Bagiku tiap orang punya cara sendiri untuk memaknai apa artinya mencintai. Tak terhitung banyaknya buku yang kubaca, film yang kutonton dan cerita yang kudengar tentang kisah-kisah cinta. Nyatanya mereka semua menikmati cinta dengan pemaknaan yang berbeda. Cinta adalah airmata, cinta adalah nafsu, cinta adalah sayang yang teramat sangat, cinta adalah cemburu, cinta adalah kebodohan yang dinikmati bersama-sama, cinta adalah ego, cinta adalah hidup, dan sebagainya, dan sebagainya.

Hujan



“Dia pacar kamu?”
“Yang mana?”
“Perempuan yang selalu jadi inspirasimu menulis.”
“Yang mana? Ada banyak.”
“Hoo.. Ada banyak. Dasar tukang nyepik.”
“Eh. Bukan. Maksudku ada banyak cerita yang kutulis. Inspirasinya beda-beda. Perempuan yang mana?”
“Yang paling banyak ada dalam ceritamu. Sepertinya cerita-ceritamu tipikal. Inspirasinya orang yang sama dan itu-itu saja. Selalu ada Sheila On 7.”
“Inspirasinya beda. Aku hanya menulisnya dengan hati yang sama.”
“Dengan cinta yang sama juga?”
“Bukan. Inspirasi tak selalu berarti cinta. Cintalah yang bisa mendatangkan inspirasi.”

Aku tak  tahu dia paham dengan kalimat ngawurku atau tidak. Tapi dari sudut mataku kulihat dia tersenyum lucu. Matanya menerawang, entah sedang memikirkan apa. Hujan yang mengguyur sejak maghrib belum juga reda. Masih menyisakan gerimis yang kalau nekad diterjang tetap akan membuat sakit kepala. Dia sedang tak membawa payung. Bodohnya, aku sedang tak memakai jaket. Seharusnya akan romantis kalau di gerimis seperti ini aku memberikan jaketku padanya. Aku akan berkata kalau lelaki berzodiak Taurus sepertiku tak pernah takut dengan air hujan. Aku juga akan berkata bahwa tak semua bidadari bisa tahan sakit kepala. Aku tak yakin dia akan menganggap kalimat itu lucu atau tidak. Tapi setidaknya dia pasti tersenyum. Dengan begitu hatiku yang menggigil kedinginan ini bisa mendapatkan penghangatnya.

Kunyalakan batang terakhir dari bungkus rokok menthol di tanganku, menghisapnya dalam-dalam, kemudian menghembuskan asapnya perlahan. Aku kembali memandanginya.
“Apa lihat-lihat?”
“Aku nggak melihat. Cuma mengagumi.”
“Nggak bisa lebih keren dikit gombalnya?”
“....”

Aku diam. Bukan tak mau menjawab. Tapi menikmati waktu yang seakan berhenti saat kalimat itu meluncur dari bibirnya yang tetap tersenyum dengan cantiknya. Dan kalian terlalu cepat mengatakan ini adalah cerita tentang cinta. Bukankah sudah kukatakan tadi kalau inspirasi tak selalu berarti cinta?
***

30 Detik Deduksi

“Semalam aku menonton film yang minggu lalu kamu copy,” katanya sambil menyerahkan kaleng dingin berisi minuman susu kedelai itu kepadaku. Aku menatapnya sekilas. Mengagumi kedua mata coklat dan senyum cantiknya yang malam ini tampak sedikit lain dari biasanya.
  “Oh ya? Bagaimana menurutmu?”
“Keren.” Jawabnya. “Aku tak menyangka ada yang bisa sepintar dan seteliti itu. Bisa mengetahui kebiasaan, pekerjaan bahkan kelemahan  orang hanya dengan melihat penampilannya sekilas.”
“Kalau kata orang jawa, ajining raga saka busana.”
“Maksudnya?”
“Dihargai atau tidaknya orang bisa dilihat dari penampilannya. Kurang lebih seperti itu.”
“Lho? Kenapa kurang lebih?”
“Aku sebenarnya tak paham benar maksudnya.”
“Bukannya kamu 100% jawa?”
“Mungkin tepatnya jawa murtad.” Jawabku.
“Aku kurang paham dengan kalimat-kalimat pepatah seperti itu.”

Dia tersenyum, lalu membuka sachet snack bantal berisi krim coklat itu dengan hati-hati, kemudian meletakkannya di atas meja.

Sampai di sini, sepertinya aku tak perlu lagi menceritakan kisah selanjutnya. 30 detik benar-benar kumanfaatkan untuk mengagumi lebih jauh wajah cantik dan sosok yang menghantui pikiranku sejak sebulan belakangan itu.
Selama 30 detik aku merasa sedang menjadi seorang kurator seni yang dihadapkan pada sebuah mahakarya sempurna. Selama 30 detik juga aku setengah mati berusaha menjaga mata dan senyumku agar tetap terlihat wajar dan tidak mesum. Selama 30 detik juga aku berusaha menahan diri agar tidak lepas kendali dengan tiba-tiba menciumnya.

Well.. Kalian boleh sebut aku munafik, tapi sebenarnya aku bukan orang yang mudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Mengagumi kecantikannya, itu sudah pasti. Tapi berpikir untuk menjalin hubungan dan komitmen bersama? Sungguh aku butuh waktu untuk sampai pada pemikiran itu.
Teman-temanku bilang aku terlalu banyak berpikir, terlalu banyak pertimbangan dan terlalu menakutkan hal-hal kurang penting atau belum terjadi. Itu sebabnya sampai sekarang aku belum juga menemukan orang yang tepat untuk dijadikan pacar.

Memang sempat ada dua-tiga peluang yang lewat, tapi tetap saja ujung-ujungnya hubunganku jalan di tempat dan akhirnya berakhir sebelum sempat dimulai. Aku tak bisa terlalu rumit dalam memaknai cinta dan segala makna turunannya. Asalkan sudah saling menyayangi, buatku itu cukup. Aku bahkan tak peduli kalau perasaanku dibilang bukan cinta. Entahlah, aku juga tidak tahu apakah pemikiran sederhana itu bisa disebut kekurangan ataukah kelebihan.

Yang terjadi setelah 30 detik itu juga mungkin sudah bisa kalian duga. Deduksiku benar-benar asal ngomong dan berujung kalimat-kalimat gombal jayus yang mungkin sudah sering digunakan sejak jaman Soekarno masih berpacaran dengan Fatmawati.

Tapi ada satu hal yang kalian harus percaya. Sesuatu yang kulihat dari matanya, tapi tak kumasukkan dalam daftar deduksi gombal yang kujelaskan.
"Aku melihat orang lain di matanya. Seorang laki-laki. Aku tak tahu itu siapa. Mungkin mantan pacarnya, mungkin saja orang lain entah siapa dan entah dari mana yang dia kagumi bertahun-tahun kemudian mengecewakannya. Sekali lagi, aku butuh waktu untuk berpikir perasaan ini kulanjutkan atau tidak, kuperjuangkan atau tidak, atau jangan-jangan hanya mengulang kisah-kisah sebelumnya. Berakhir sebelum sempat dimulai."
***

Senyum Seorang Yang Aku Kagumi


Saat aku sedang menulis ini, yang terjadi adalah sebagai berikut.
Hujan deras mengguyur Sidoarjo dan sekitarnya. Langit yang tertutup awan gelap itu mendadak mengingatkanku pada film End Of Days. Aku sedang duduk manis di dalam kamar, sesekali memandangi hujan di luar lewat kaca jendela kamar yang basah, ditemani segelas kopi susu yang isinya tinggal separuh, sebungkus kacang atom yang juga tinggal separuh, dan suara Duta Sheila On 7 yang menyanyikan Terlalu Singkat terdengar dari speaker  di atas meja dalam kamar.

Untaian rasa yang kuselipkan
Semoga mampu ‘tuk meluluhkan
Hati pemilik senyum itu

Aku sedang suka lagu ini. Itulah kenapa sejak setengah jam yang lalu, hanya lagu ini yang kuputar berulang-ulang. Menurutku liriknya bagus. Sederhana, namun sangat mengena dan menunjukkan rasa percaya diri yang besar pada seorang laki-laki yang sedang jatuh cinta.

Dan pikiranku lantas tertuju ke perempuan itu. Sosok yang diam-diam kukagumi dan sering memenuhi pikiranku akhir-akhir ini. Perempuan dengan segaris senyum tercantik di dunia, terukir dengan sempurna di wajahnya.

Aku masih ingat kapan dan di mana pertama kali aku bertemu dengannya. Tapi rasanya terlalu panjang kalau kuceritakan semuanya di sini, dan kupikir kalian juga takkan peduli. Satu-satunya hal yang mungkin perlu kalian tahu adalah, hari itu aku masih terlalu pengecut dan belum berani berkenalan dengannya.

Aku bahkan tak tahu namanya, dan tentunya dia juga tak tahu namaku. Namun saat pertemuan berikutnya, sekitar dua  minggu kemudian,  aku sudah berani menyapanya. Kemudian kami berkenalan, saling menyebutkan nama, aku tersenyum kepadanya, dan dia membalas dengan senyum cantik yang langsung membuatku yakin kalau dunia ini sudah sangat indah tanpa perlu lagi surga.

Berbagai cara akan kucoba
Agar aku takkan kehilangan
Pandangan dari senyum itu
Dan bisa aku katakan
Jadi kekasihku akan membuat
Kau jauh lebih hebat
*
“Lalu di mana kita bisa bertemu besok?” tanyanya di telepon.
“Halte Depan Alun-alun kota?” tawarku.
“Kenapa harus di situ lagi?”
“Lagi? Bukannya minggu lalu kita tak jadi bertemu di sana?”
“Bagaimana kalau halte Depan Pondok Jati?” dia bertanya balik.
“Hmm.. Oke.”
“Nah. Deal. Berarti kita akan bertemu di sana besok, jam 19:19.”
“Sebentar,” selaku. “Kenapa harus jam 19:19?”
“Besok akan kuceritakan deh.”
“Dan satu lagi.”
“Apa?”
“Kenapa di halte?”
“Karena di seberang halte itu,” jawabnya. “Maksudku di Sana, ada tulisan, ‘Karena Cinta, Kami Kembali’. Tagline di banner reklame”

Aku tidak berkata-kata lagi. Dan percakapan di telepon itu berakhir sampai di situ.
Kisah ini memang hanya tentang sebuah senyum tercantik di dunia.
Tepatnya pemilik senyum tercantik di dunia. Dan seorang laki-laki yang sedang mengaguminya.
Tak ada yang lain, hanya dia.

Jika kau pernah merasakan, bahwa jatuh cinta bisa membuatmu kehilangan kata-kata, dan ujung-ujungnya hanya menjadi cerita tak jelas seperti ini, sepertinya saat inilah aku benar-benar sedang mengalaminya.
***

16 September 2012

Hey Kamu !


Hei kamu, masih ingat lengan ini ?, yang dulu melingkar hangat memelukmu, dia merindukanmu .
Hei kamu, masih ingat punggung ini ? yang senang menggendongmu dikala kamu malas menggunakan kakimu. dia menunggumu.
Hei kamu, jemariku menggerutu, dia menginginkan genggaman tanganmu, seperti dulu .
Hei kamu, masih ingat keningku ? landasan terindah saat kecupan bibirmu mendarat disitu
Hei kamu, masih ingat bola mata ini ? yang setia menatap indah senyummu, disaat senyum itu masih tertuju untukku, | Dulu |
Hei kamu, masih ingat pundak ini ? sandaran ternyamanmu saat kita saling mencumbu rayu
Hei kamu, masih ingat jantung ini ? berdetak ribuan kali lebih kencang, saat goresan sidik jarimu menyentuh epidermis kulitku
Hei kamu, jangan pura-pura tak tahu, beri aku hangat lingkar lenganmu .
Hei kamu, jangan diam membisu , gendang telingaku membutuhkan sentuhan tawamu

Surabaya, setahun yang lalu (2)

#Aku suka meja. mengingatkan disaat kita makan sate bersama, raut wajahmu saat melahapnya, aku suka. walaupun aku tau itu sudah piring ketiga :).

#Aku suka Paramore. mengingatkan disaat kau memintaku untuk menyanyikanya, dan aku melakukanya. walaupun aku perlu seminggu untuk menghafal liriknya.

#Aku suka dengan bulan, mengingatkan disaat kita duduk 

bersama di teras rumah,memandang purnama .

Menulis


aku menulis disaat lidah dan bibir tak mampu lagi berkompromi untuk menerjemahkan sebuah rasa yang terjajah didalam jiwa
aku menulis karena mungkin dengan ini hati dan nyawaku bisa sedikit bernyanyi
aku menulis karena ribuan kosakata terbelenggu dalam kalbu dan akan aku keluarkan satu persatu ke tetesan tintaku.
aku menulis karena syaraf motorikku yang belum membeku,yang masih meraba-raba yang mana racun yang mana madu
akumenulis  untukmu langit biru, untukmu para serdadu, untukmu hati merah jambu
aku menulis disaat pikiranku mulai mual dan aku memuntahkannya begitu saja dengan jiwa sebagai senapan dan pena sebagai pelurunya.
aku menulis dikala saat rasa dan karsa tak dapat di terjemahkan oleh kosakata dan lidah

Surabaya, Setahun yang lalu.

#Aku suka warna hitam, mengingatkan disaat kau membuatkan kopi untukku. meskipun lupa memberinya gula, aku tetap menghabiskanya.

#Aku suka kumis. mengingatkanku disaat aku bertanya padamu. "itu supirmu?", namun kamu jawab "itu buapak-ku". lalu kau diam seminggu. :)

#Aku suka kacang. mengingatkan disaat kita makan siomay deket indomaret. bahkan aku masih ingat kesukaanmu, gak pake tahu & kentangnya dibanyakin.

#Aku suka melihat lilin. mengingatkanku akan ulang tahunmu,kau bilang aku kado istimewamu. Namun aku tau, itu dulu. ^_^

#Aku suka melihat jam dinding. mengingatkanku disaat aku terburu-buru untuk menjemputmu. Aku tau kau tak suka menunggu.

DIA


Dia adalah kenangan terindah,walaupun dia telah tiada,aku terus memelihara bayangnya,karena hanya dengan cara itu aku membuatnya tetap ada
Dia itu lucu, mukanya seperti unta tapi entah mengapa sifatnya seperti panda …

Dia sangat manja, bahkan aku harus mengunyahkan makanannya saat dia malas untuk menggunakan giginya
Dia jarang mandi, walaupun begitu , saya tetap merindukan aromanya, aku suka
Dia adalah jiwa yang penuh mantra, menyihirku sejak tatapan pertama, bahkan senyuman manis bibirmu sudah aku anggap matahari kedua
Dia adalah kesalahan terindah , jika mencintai #dia adalah sebuah kesalahan, #aku tak akan pernah ingin menjadi benar .
Dia adalah sesosok bayang, bayang yang tak pernah nyata dan  tak pernah ada …
Dia  adalah aku,aku yang rela melakukan apa saja hanya demi melihatmu sedikit tersenyum di tengah luka yang sedang aku kunyah
Dia seseorang yang sedang berusaha ingin menjadi imam yang baik untukmu,untuk hidupmu, ya dia itu aku
Dia selalu bilang “aku untukmu” selamanya, walaupun aku rasa itu mustahil, namun aku senang untuk mendengarnya .

Dia selalu memasang senyum ceria saat aku sapa, padahal aku tau, dia menyimpan seribu duka

Dia yang pernah ngatain saya “dasar setan” saat saya bilang “dasar bekantan” .
Dia adalah alasan mengapa aku tidak mendengarkan mereka .